Karena Tak Ada Kata Kebetulan Kecuali Semua itu telah Allah Tentukan

Rabu, 23 Juli 2014

Masih adakah yang Engkau sebut Ikhlas, Ya Rabb

Banyak amal shalih yang menjadikan semua hanya sia-sia, orang mengatakan ikhlas. Mungkin saja saya salah, apakah antara ikhlas dan rela itu sama;. Mungkin bisa sama mungkin tidak. Ikhlas itu tanpa mengharapkan sama sekali imbalan. Bahkan ketika yang sudah kita lakukan itu tidah ditanggapi dengan baik, dipandang sinis oleh sebagian orang yang suka berpikir negatif. Sedangkan ibadah saja masih seakan-akan adalah wujud dari keterpaksaan dalam arti merasa malu dengan makhluk, ingin dianggap begini dan begitu, masih mengharapkan imbalan (pahala), padahal tak ada sesuatu amalan pun yang bisa membuat manusia masuk ke surga, hanya mendapat pahala, itu jika ikhlas. surga tidak milik orang kaya saja, yang bisa banyak mensedekahkan hartanya, yang bisa berkunjung ke baitullah saja, bahkan tidak tau dan tidak konstant seseorang berhak mendapatkan surga. Sebagaimana Syaikhul Islam Imam Al-Ghazali perihal tinta yang dihisap seekor lalat, bisa membuatnya masuk surga.
perlu diketahui, jangan mensalah artikan kalau amalan menjadi tak penting, masih sangatlah penting karena dengan itu bisa menuntun mendapat pencerahan yang benar, dan butuh keistiqamahan (agar bisa memberikan hasil keselarasan hati).
dan jika saya terlalu lancang menguraikan hal ini, doakan saya agar mendapat ampunanNya, serta petunjukNya.
Walau bagaimanapun juga selama itu masih dalam tataran baik menurut akal, dan akidah, tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain, semoga Allah masih mengakuinya dalam sebuah Keikhlasan. Semoga kelak Allah memberikan kasih sayangNya. inilah yang bisa saya lakukan.

Selasa, 15 Juli 2014

Jangan Katakan Insya Allah Jika Hendak Mengingkari


Masih saja ada kebiasaan yang tidak bagus, ketika diharapkan untuk melaksanakan suatu yang orang harapkan, dijawab dengan insya allah, begitu ringan terucap di lisan, tapi itu sama artinya mengobral kata tersebut, menjadi tak berharga (latah). seharusnya kata tersebut memang baik dan menjadikan kebiasaan yang islami, mengucapkan lafal Allah. Hanya ketika mengucapkannya bila ada maksud ingkar /tak ingin menepati yang dikatakan sebelumnya, janganlah mengatakannya, katakan saja iya atau tidak. Karena memang tanggung jawab menepati sebuah ucapan ada pada diri orang yang mengatakannya, karena Allah memberikan kemampuan manusia untuk berbuat sesuatu, kalau misal seseorang ingin berjalan tapi tidak mau mengangkat kakinya adalah hal yang mustahil.

Kebaikan itu datangnya dari Allah dan keluputan datang dari diri manusia itu sendiri